KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Klasifikasi
atau pengelompokan membuat hidup lebih mudah setiap orang termasuk ilmuwan.
Kegiatan klasifikasi juga bertujuan membuat objek kajian menjadi lebih
sederhana sehingga klasifikasi makhluk hidup dapat mempermudah analisis dan
proses pembelajaran terkait keanekaragaman hayati, untuk menyusun klasifikasi
yang lebih mudah para ilmuwan menggunakan sebuah model yang disebut kunci
klasifikasi. Terdapat beberapa jenis kunci klasifikasi, di antaranya :
kunci
percabangan,
kunci
dikotomi,
kunci
format tabel, dan
kunci melingkar.
Terdapat
berbagai klasifikasi makhluk hidup. Namun, klasifikasi yang umum digunakan saat
ini adalah klasifikasi lima kingdom, yang terdiri dari : kingdom Monera,
Protista, Fungi, Plantae, Animalia. Berikut penjelasan dari lima kingdom
tersebut:
1. 1.Kingdom Monera
Kingdom Monera merupakan makhluk hidup yang tak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bakteri dan alga biru termasuk dalam klasifikasi kingdom
Monera. Kingdom Monera beranggotakan organisme yang bersifat prokariotik (tidak
memiliki membran inti sel). Ada berbagai bentuk dari sel Monera, seperti
berbentuk bulat, batang, atau spiral. Karakteristik umum kingdom Monera, antara
lain:
1) Prokariotik
2) Tidak memiliki organel
3) Mikroskopis
4) Uniseluler/ multiseluler
5) Memiliki dinding sel
6) Memiliki DNA sirkuler
7) Kosmopolit (dapat ditemukan dimana saja)
8) Reproduksi secara vegetatif (membelah diri atau
fragmentasi)
2. Kingdom Protista
Kingdom
Protista merupakan kelompok makhluk hidup eukariotik (sudah memiliki membran
inti sel). Namun, memiliki jaringan yang sederhana dan tidak memiliki organ.
Sel penyusun tubuh dari Protista mirip dengan hewan dan tumbuhan tergantung
pada jenis organismenya. Tubuh Protista memiliki ukuran tubuh yang bervariasi.
Mulai dari ukuran mikroskopis hingga yang terlihat jelas oleh mata.
Terdapat
tiga kelompok Protista, yakni
1.
Protista mirip hewan (protozoa),
Protista mirip hewan (protozoa) tersusun atas atas satu sel
(uniseluler) contohnya Plasmodium, Amoeba proteus, Trypanosoma gambiense dan
Paramaecium caudatum.
2.
Protista mirip tumbuhan (alga/ganggang)
Protista mirip tumbuhan (alga/ ganggang), bentuknya
menyerupai tumbuhan, namun tidak memiliki organ akar, batang dan daun.
3.
Protista mirip jamur.
Protista mirip jamur memiliki dinding sel dan bersifat
heterotrof dengan cara menguraikan atau menelan zat makanan.
4. 3.Kingdom Fungi
Kingdom Fungi atau jamur mirip dengan tumbuhan. Namun, jamur
tidak dapat melakukan fotosintesis. Selain itu, struktur tubuh jamur ada yang
uniseluler, berupa benang dan memiliki bentuk tertentu yang dapat dilihat oleh
mata.
Cara hidup jamur dengan menguraikan senyawa organik menjadi
anorganik. Selain itu, beberapa jamur hidup parasit pada organisme lainnya.
Ciri utama kingdom Fungi, antara lain:
-Memiliki ciri eukariotik
-Sel berupa hifa (benang)
-Dinding sel terbuat dari kitin
-Tidak memiliki kloroplas
-Dapat menghasilkan spora untuk perkembangbiakan
5. 4.Kingdom Plantae
Kingdom Plantae atau umum dikenal dengan nama tumbuhan
memiliki peran sebagai produsen. Kingdom satu ini mampu melakukan fotosintesis
dan menyediakan makanan bagi organisme lainnya. Makhluk hidup yang termasuk
dalam kingdom Plantae mempunyai karakteristik eukariotik, berdinding sel,
memiliki kloroplas, jaringan berdiferensiasi menjadi organ akar, batang dan
daun.
6. 5.Kingdom Animalia
Kingdom Animalia atau hewan dapat dikatakan sebagai makhluk
hidup yang paling mudah dikenali karena bergerak dengan jelas. Makhluk hidup
yang termasuk dalam kingdom Animalia memiliki karakteristik eukariotik, tidak
memiliki dinding sel, multiseluler, heterotrof dan secara umum dapat berpindah
tempat dengan jelas. Beberapa ahli terkadang mengelompokkan hewan ke dalam dua
kelompok besar, yakni invertebrata dan vertebrata. Invertebrata merupakan
golongan hewan yang tidak memiliki tulang belakang, contohnya cacing, kerang
dan cumi. Sementara itu, vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki ruas
tulang belakang, contohnya ikan, katak, ular, burung dan sapi.
Ciri-Ciri Makhluk Hidup
Makhluk hidup tentunya memiliki
karakteristik hidup yang salah satunya berupa tanggapan rangsang dan bergerak.
Berbeda dengan tanah dan batu yang merupakan benda mati, makhluk hidup akan
memberikan tanggapan tertentu saat disentuh atau digerakkan dan mampu bergerak.
Penentuan makhluk hidup dapat diamati dari ciri-ciri atau karakteristiknya.
Karakteristik makhluk hidup ada yang dapat dengan mudah diamati dan ada yang
memerlukan pengamatan secara mendetail.
Berikut karakteristik umum dari makhluk hidup:
1. Memiliki Kemampuan untuk Bergerak
Makhluk hidup memiliki
kemampuan untuk bergerak dan biasanya gerakan hewan lebih mudah diamati.
Berbeda dengan tumbuhan yang bergerak secara lambat dan sulit untuk diamati
secara langsung. Kendati demikian, terdapat gerak tumbuhan yang mudah untuk
diamati. Putri malu (Mimosa pudica) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang
geraknya dapat ditangkap oleh mata karena akan bergerak menutup saat disentuh.
Selain itu, tumbuhan akan bergerak setiap kali tumbuh atau menanggapi cahaya.
2. Tumbuh dan Berkembang
Makhluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang, bisa menjadi lebih besar, lebih rumit atau keduanya. Beberapa
makhluk hidup dapat tumbuh dengan sangat lambat, tetapi beberapa lainnya tumbuh
lebih cepat. Pertumbuhan sebuah biji jagung misalnya yang dapat diamati dari
hari ke hari. Setiap hari tinggi kecambah akan bertambah hingga terbentuk daun
dan tumbuh menjadi tumbuhan yang lebih besar.
3. Memiliki Kemampuan untuk Bereproduksi Makhluk hidup mampu
bereproduksi, baik secara seksual maupun secara aseksual. Reproduksi seksual
melibatkan pertemuan sel kelamin jantan dan betina, sedangkan reproduksi
aseksual tidak melibatkan pertemuan sel kelamin jantan dan betina, tetapi hanya
memerlukan satu induk. Reproduksi seksual pada ayam dengan cara bertelur.
Makhluk hidup yang mempunyai kemampuan reproduksi rendah cenderung sulit
ditemukan di alam liar dan umumnya tergolong ke dalam makhluk hidup terancam
punah.
4. Menanggapi Rangsangan dari Lingkungannya
Makhluk hidup
mampu memberi rangsangan atau respons terhadap perubahan lingkungan. Perubahan
lingkungan internal dan eksternal disebut stimulus. Adapun reaksi dari
perubahan lingkungan disebut dengan respons. Contoh kasusnya saat tanpa sengaja
memegang air panas maka kita akan segera menarik tangan dan berteriak. Dalam
kasus ini, stimulus berupa suhu panas dan respons berupa menarik tangan dan
berteriak.
5. Mengambil dan Menggunakan Energi
Makhluk hidup mengambil
dan menggunakan energi untuk bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan menjalankan
fungsi tubuh lainnya. Misalnya tumbuhan yang menggunakan energi matahari untuk
menjalankan proses fotosintesis. Jika tumbuhan mendapat energi dengan
fotosintesis, maka hewan mendapat energi dari organisme lain dan prosesnya
disebut dengan heterotrof. Makanan akan dicerna dan diubah menjadi senyawa
sederhana, misalnya glukosa. Setelah itu, glukosa diproses menjadi energi
melalui proses respirasi seluler. Energi yang diperoleh digunakan untuk
bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan menjalankan fungsi tubuh lainnya.
6. Memiliki Kemampuan Bernapas
Semua makhluk hidup
membutuhkan oksigen. Hewan membutuhkan oksigen untuk bernapas. Tumbuhan
membutuhkan oksigen untuk proses oksidasi zat makanan dan menghasilkan zat sisa
yang sama, yakni karbondioksida dan uap air. Tumbuhan mengikat karbondioksida
untuk proses fotosintesis. Dengan demikian, tumbuhan sedikit berbeda dengan
hewan karena menggunakan gas karbondioksida dan gas oksigen.
7. Menghasilkan Limbah (Ekskresi)
Makhluk hidup mengalami
banyak proses biokimiawi. Reaksi ini menghasilkan produk yang berguna dan zat
sisa yang bersifat racun bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh.
Proses pengeluaran zat sisa metabolisme ini disebut ekskresi. Zat sisa dari
proses respirasi seluler yang dihasilkan manusia berupa karbondioksida dan uap
air. Selain itu, manusia juga mengeluarkan zat sisa lainnya dari tubuh dengan
cara berkeringat dan mengeluarkan urine.
8. Tubuh Tersusun dari Satu atau Banyak Sel
Secara struktural
makhluk hidup tersusun dari sel. Ada makhluk hidup yang tersusun dari satu sel,
(uniseluler) contohnya Paramecium, Amoeba, dan Euglena; ada pula makhluk hidup
yang tersusun dari banyak sel (multiseluler) contohnya manusia, hewan, dan
jamur.
Setelah
kalian mencatat materi diatas di buku kalian, silahkan difoto dan
kirimkan ke Mbak Maudy di bawah ini, caranya : klik aja foto Mbak Maudy ini.
Pembelajaran 9: Klasifikasi Tumbuhan
A. Kompetensi
Setelah mempelajari materi Klasifikasi Tumbuhan, kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta adalah:
1. Memahami dasar-dasar klasifikasi pada makhluk hidup.
2. Memahami klasifikasi pada tumbuhan.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah melaksanakan pembelajaran, guru dapat menunjukkan beberapa
indikator tentang Klasifikasi Tumbuhan berikut ini.
1. Menjelaskan dasar-dasar klasifikasi makhluk hidup
2. Membuat kunci determinasi makhluk hidup sederhana
3. Menjelaskan sistem klasifikasi pada tumbuhan)
C. Uraian Materi
1. Sistem Klasifikasi Makhluk
Hidup
Coba Anda perhatikan Gambar 47. Pada gambar tersebut terdapat dua buah situasi yaitu pasar tradisional dan swalayan. Menurut Anda apa perbedaan yang mencolok dari kedua situasi tersebut? Apa yang Anda rasakan jika di swalayan situasinya seperti di pasar tradisional?
Gambar 96. Situasi pasar tradisional dan swalayan
(sumber: http://nasional.kontan.co.id/ dan http://health.usnews.com/)
Perbedaan yang mendasar dari kedua situasi itu adalah adanya penataan yang teratur di pasar swalayan. Terlebih lagi di swalayan semua barang memiliki label nama dan harga. Keteraturan tersebut membuat urusan kita menjadi lebih mudah. Penataan barang di swalayan dilakukan dengan cara mengelompokan semua barang berdasarkan jenisnya. Misalnya untuk golongan buah-buahan, ditempatkan di blok khusus, jenis-jenis pisang ditempatkan secara berdekatan, kemudian jenis-jenis pisang tersebut dipilah-pilah kembali berdasarkan variasinya, ada Pisang Kepok, Pisang Ambon, Pisang Tanduk, dan sebagainya. Masing-masing jenis tersebut diberi label nama dan harganya, sehingga kita sebagai pembeli tidak akan bingung untuk mencari jenis yang belum kita ketahui. Itulah manfaat pengelompokan yang dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari- hari.
Pada konteks keanekaragaman hayati, pengelompokan pun sangat perlu untuk dilakukan. Dapatkah Anda menjelaskan manfaat nyata dari pengelompokan keanekaragaman makhluk hidup? Dengan pengelompokan makhluk hidup, maka kita sebenarnya akan mempersempit objek kajian, sehingga akan mempermudah kita untuk mengenal, mempelajari, dan akhirnya memanfaatkan makhluk hidup untuk kepentingan manusia.
Pengelompokan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai sistem. Sistem pengelompokkan tersebut yaitu artifisial, natural, dan filogeni.
a.
Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)
Sistem klasifikasi buatan merupakan suatu cara pengelompokan berdasarkan pada karakter-karakter yang dihubungkan dengan kepentingan manusia. Misalnya pada tumbuhan terdapat beberapa cara penggolongan, diantaranya berdasarkan:
1)
Umur
Kita mengenal ada tumbuhan semusim/setahun (annual), contoh
diantaranya Cabe, Tomat, dan Bunga Matahari. Ada juga yang tahunan, contoh
diantaranya Jati, Kihujan, Mangga, Alpukat, dan Jambu Air.
2)
Kegunaannya
Pengelompokan berdasarkan kegunaan misalnya tanaman pangan
seperti Padi, Singkong, dan Kentang. Tanaman obat misalnya Binahong, Mahkota
Dewa, dan Sirih. Tanaman perkebunan, seperti Jati, Mahoni, Gaharu, dan
lain-lain.
3)
Habitatnya
Berdasarkan habitatnya dikenal tumbuhan xerofit (tumbuhan
yang dapat bertahan di daerah kering,
seperti Kaktus, ada juga tumbuhan hidrofit (tumbuhan air seperti Kangkung,
Genjer, Teratai, dan lain-lain).
4)
Kandungan gizi atau zat utamanya
Dalam pengelompokkan ini dikenal diantaranya tumbuhan sumber karbohidrat seperti Padi, Singkong, Sagu, dan lain-lain. Tumbuhan sumber protein seperti Kacang Kedelai, Kacang Tanah, dan Kacang Hijau. Tumbuhan sumber lemak seperti Kelapa Sawit, Kemiri, dan Wijen. Melalui pengelompokan secara artifisial ini akan memudahkan kita untuk mengenal sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
b.
Sistem Klasifikasi Alami (Natural)
Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan berdasarkan pada karakter-karakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada umumnya berasarkan karakter morfologi. Pelopor dari sistem klasifikasi alami ini adalah Carolus Linnaeus. Ia adalah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar klasifikasi termasuk sistem tata nama binomial nomenclature. Sistem klasifikasi makhluk hidup ini terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan (Gambar 48). Pada
mulanya Carolus Linnaeus mengajukan sistem klasifikasi 2
Kingdom, yaitu Plantae dan Animalia. Namun selanjutnya Whittaker
menyempurnakannya menjadi sistem klasifikasi 5 Kingdom. Kingdom Fungi
dikeluarkan dari Plantae, kemudian membentuk kingdom baru yaitu Monera dan
Protista. Monera yaitu golongan organisme yang merupakan prokariotik, sedangkan
Protista yaitu golongan organisme mikroskopis yang merupakan organisme
eukariotik.
Setelah Whittaker, ilmuwan asal Amerika Carl Woese
menyempurnakannya menjadi sistem klasifikasi 6 kingdom, yaitu Eubacteria,
Archaebacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Namun selanjutnya
Kingdom Protista sudah tidak berlaku karena anggotanya polyphyletic, yaitu ada yang mendekati karakter tumbuhan, hewan,
bahkan fungi. Sama halnya dengan Kingdom Monera yang sudah tidak valid lagi
sebagai suatu takson karena anggotanya terdiri dari dua golongan yang sangat
berbeda karakternya (Bacteria dan Archaebacteria). Oleh karena itu dibentuklah
sistem klasifikasi 3 domain yang dinilai dapat mewadahi kingdom-kingdom
sebelumnya yang bermasalah (Protista dan Monera). Ketiga domain tersebut yaitu
Bacteria, Archaea, dan Eucarya.
Gambar 97. Sejarah
perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup
(sumber: http://schoolbag.info/biology/living/121.html)
Pada sistem alami, klasifikasi tumbuhan biasanya didasarkan pada morfologi dari alat perkembangbiakannya (bunga) termasuk tipe biji, morfologi akar, batang, dan daun. Sedangkan pada hewan biasanya diklasifikasikan berdasarkan jumlah sel, keberadaan tulang punggung, saluran pencernaan, sistem rangka, dan lain- lain.
c.
Sistem Klasifikasi Filogeni
Sistem klasifikasi filogeni merupakan suatu cara
pengelompokkan organisme berdasarkan garis evolusinya atau sifat perkembangan genetik
organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk organisme dewasa.
Sistem klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi. Pada
sistem klasifikasi ini terkadang ada organisme yang secara morfologisnya
berbeda, namun ternyata memiliki karakter genetik yang dekat.
Sistem klasifikasi filogeni ini merupakan
sistem klasifikasi yang mendasari sistem klasifikasi modern, yang
dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya. Biasanya klasifikasi modern ini dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan evolusi organisme itu lebih
maju atau masih primitif adalah dengan melihat pelestarian atau penyusutan dari
struktur sel atau tubuhnya akibat pengaruh seleksi alam. Sebagai contoh, dalam
klasifikasi modern tumbuhan, Hutchinson mengemukakan pendapat diantaranya:
1)
Tumbuhan berdaun tunggal lebih primitif daripada
berdaun majemuk
2)
Tumbuhan dikotil lebih primitif
daripada tumbuhan monokotil
3) Tumbuhan berbiji terbuka
lebih primitif dari pada tumbuhan
berbijitertutup
4)
Tumbuhan berbunga dengan benang sari dan putik yang banyak lebih primitif dari pada tumbuhan berbunga
dengan benang sari dan putik sedikit.
5) Tumbuhan berbunga mahkota
lepas-lepas lebih primitif daripada tumbuhan berbunga
mahkota bersatu.
Pada klasifikasi hewan karakter yang diperhatikan untuk
penggolongannya yaitu jumlah sel tubuhnya dan perkembangan sel tubuhnya, serta
jaringan embrionalnya. Hewan yang memiliki jaringan embrional triploblastik
(ada ektoderm, mesoderm, endoderm) akan memiliki struktur tubuh yang lebih
sempurna daripada organisme diploblastik (ektoderm dan endoderm saja, tapi tidak
memiliki mesoderm).
Secara umum, untuk melihat tingkat-tIngkat perkembangan makhluk hidup sebagai dasar klasifikasinya perlu diperhatikan: struktur selnya (prokariotik/eukariotik); jumlah sel tubuhnya (uniseluler/multiseluler); jaringan embrionalnya (diploblastik/triploblastik); bentuk tubuh dan organ tubuhnya (thallus/kormus); pergiliran keturunannya (bentuk gametofit/sporofit); dan sifat-
sifat khas morfologis lainnya seperti perkembangan bagian-bagian bunganya dibandingkan lainnya.
2. Identifikasi Makhluk Hidup
Dalam mengkaji keanekaragaman makhluk hidup, para ilmuwan
telah membuat sistem klasifikasi yang biasa kita gunakan. Sebenarnya, untuk
keperluan pribadi, kita juga dapat membuat
sistem klasifikasi sederhana
berdasarkan karakter yang kita inginkan. Hal lain yang tak kalah penting
setelah pengklasifikasian makhluk hidup, Anda harus dapat melakukan proses
identifikasi suatu organisme. Identifikasi merupakan suatu proses yang dapat
kita lakukan untuk menentukan atau mengetahui identitas dari suatu jenis organisme.
Banyak metode yang dapat kita gunakan
untuk mengetahui identitas suatu jenis organisme, diantaranya dengan konfirmasi
langsung kepada ahlinya, mencocokkan dengan spesimen, atau dengan menggunakan
suatu instrumen yaitu kunci identifikasi atau kunci determinasi. Kunci
determinasi tersebut merupakan serangkaian pertanyaan yang dapat menggiring
kita sehingga dapat mengetahui nama dari jenis organisme yang ingin kita
ketahui identitasnya.
Dalam skala kecil misalnya, Anda dapat merancang suatu
kunci determinasi untuk jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. Kunci
determinasi tersebut dibuat dengan menyusun serentetan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan karakter dari berbagai jenis tumbuhan tersebut. Untuk
menguji kunci determinasi yang sudah Anda rancang, Anda dapat melakukannya
dengan cara meminta kawan lain untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang
tercantum. Jika ia dapat mengidentifikasi suatu jenis tumbuhan dengan tepat,
maka kunci determinasi tersebut sudah baik.
Model dari kunci determinasi bermacam-macam, namun yang paling sering digunakan adalah model dikotomi. Kunci dikotomi ini disusun atas dasar pengelompokkan ciri-ciri makhluk hidup menjadi dua kelompok yang berbeda. Dengan menggunakan dasar persamaan dan perbedaan sifat ciri (character state) makhluk hidup tersebut, selanjutnya dilakukan pengelompokkan lagi menjadi dua kelompok kembali hingga akhirnya diperoleh sifat ciri yang spesifik yang langsung merujuk pada identitas jenis suatu organisme.
Oleh karena itu dalam ilmu klasifikasi, tidak terlepas dari
pengetahuan kita terhadap karakter-karakter yang dijadikan acuan untuk pengelompokan. Misalnya jika kita akan mengelompokan berbagai jenis tumbuhan
di lingkungan sekolah berdasarkan morfologi bunga, buah, daun, batang, dan
akar, maka kita harus memahami berbagai tipe morfologi dari organ-organ
tumbuhan tersebut. Agar dapat digunakan oleh orang lain, maka istilah yang digunakan harus istilah ilmiah yang umum.
Dalam
perancangan kunci determinasi model dikotomi, pada setiap nomor selalu disusun
dua pernyataan yang saling berkebalikan. Pada setiap pernyataan akan diteruskan
menuju nomor baru yang akan mengarahkan pada dua pernyataan berikutnya, hingga
pada akhirnya akan berhenti pada nama/identitas dari organisme tersebut. Untuk
lebih jelasnya coba Anda perhatikan contoh kunci determinasi dibawah ini
(dikutip dari Van Steenis, 1997):
1. |
Herba berakar banyak, menjalar.................................. |
2 |
|
Perdu atau
pohon
........................................................ |
3 |
2 |
Bunga
tunggal ............................................................. |
Dentella |
|
Bunga
dalam karangan ............................................... |
Geocardia |
3 |
Beberapa bunga paling luar memiliki taju kelopak |
|
|
membesar seperti daun, mahkota
oranye ................... |
Mussaenda |
|
Tidak terdapat taju kelopak yang menyerupai daun .... |
4 |
4 |
Mahkota selalu
rangkap............................................... |
Gardenia |
|
Mahkota tidak rangkap ................................................ |
5 |
5 |
Bunga
dalam bongkol .................................................. |
Morinda |
|
Bunga
dalam anak payung menggarpu ....................... |
6 |
6 |
Bunga
duduk, panjang kelopak 5-7 mm, bertangkai |
|
|
panjang, tumbuh di ketiak
daun ................................... |
Guettarda |
|
Bunga
bertangkai pendek, panjang kelopak 1-2 mm .. |
7 |
7 |
Karangan bunga
di ketiak daun ................................... |
Coffea |
|
Karangan bunga di ujung
(terminal) ............................ |
8 |
8 a. Tangkai putik 2 kali panjang
tabung mahkota ............. Pavetta
b. Tangkai putik sedikit lebih panjang
dari tabung mahkota
……………………………………………………................ Ixora
Kunci determinasi tersebut merupakan kunci dikotomi karena
selalu bercabang dua, jika dibuat bagannya maka akan seperti Gambar 49.
Gambar 98. Model kunci determinasi dikotom
Biasanya untuk memudahkan dalam pembuatan kunci determinasi, pernyataan yang dibuat pertama kali adalah pernyataan mengenai sifat ciri morfologi yang paling umum terlebih dahulu, kemudian selanjutnya diikuti dengan sifat ciri yang semakin spesifik.
3. Klasifikasi pada Tumbuhan
Agar Anda memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai klasifikasi makhluk hidup, pada modul ini akan disajikan sistem klasifikasi
yang diwakili oleh dunia tumbuhan. Diharapkan
Anda dapat mengaplikasikan dan mempelajari lebih lanjut mengenai sistem klasifikasi pada golongan makhluk
hidup yang lainnya.
Tumbuhan merupakan organisme penting yang menjadi kunci awal bagi proses perolehan nutrisi seluruh makhluk hidup di muka bumi. Sumber energi bagi kehidupan di muka bumi adalah cahaya matahari, dan salah satu golongan makhluk hidup yang mampu menangkap energi tersebut menjadi sumber makanan adalah kelompok tumbuhan (organisme berklorofil). Proses konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimiawi oleh tumbuhan dilakukan melalui proses fotosintesis. Energi kimia tersebut tersimpan dalam senyawa organik yang merupakan hasil dari fotosintesis. Senyawa organik hasil fotosintesis merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup lain baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Tumbuhan mempunyai keistimewaan karena mampu menghasilkan
senyawa organik yang akan digunakan sebagai sumber energi dari senyawa-senyawa
anorganik, yaitu karbondioksida, air, dan mineral dari dalam tanah. Oleh karena
itu tumbuhan termasuk ke dalam organisme autotrof.
Dalam prosesnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk mengkonversi nutrisi
terebut menjadi senyawa organik, oleh karena itu tumbuhan disebut juga
organisme fotoautotrof.
Organisme fotoautotrof sebenarnya tidak hanya tumbuhan,
namun termasuk di antaranya beberapa anggota kelompok protista, misalnya alga
dan juga beberapa organisme prokariot. Namun pada kajian ini akan dikhususkan
pada tumbuhan saja.
Secara filogenetik, tumbuhan diketahui berkelompok berdasarkan karakteristik tertentu yaitu jaringan pembuluh dan alat perkembangbiakannya (Gambar 50)
1. Keanekaragaman Tumbuhan
Salah satu karakter
pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah jaringan pembuluhnya. Tumbuhan dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tumbuhan yang tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang
berpembuluh (vascular plant).
Tumbuhan tidak berpembuluh lebih dikenal dengan lumut, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. Sedangkan tumbuhan berpembuluh yang mencakup 93% dari keanekaragaman tumbuhan terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan ada atau tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakan.
Gambar 99. Diagram filogenetik yang menunjukan hipotesis hubungan kekerabatan antar golongan tumbuhan (Campbell, 2011)
a. Tumbuhan Tak Berpembuluh (nonvascular plants)
Tumbuhan tak berpembuluh yang merupakan tumbuhan lumut
terdiri dari tiga divisi, yaitu Hepatophyta (lumut hati), Bryophyta (lumut
daun), dan Anthocerophyta (lumut tanduk).
Berbeda dengan tumbuhan berpembuluh, semua jenis lumut
memiliki fase gametofit yang dominan dan berumur lebih panjang dibandingkan
fase sporofit dalam siklus hidupnya.
Fase gametofit tersebut merupakan fase yang sering kita
lihat dan kita kenal sebagai lumut itu sendiri. Gametofit akan menghasilkan gamet jantan dan betina.
Gamet jantan akan memproduksi banyak sperma, sedangkan gamet betina
menghasilkan satu telur. Biasanya sperma akan membutuhkan air untuk berenang
menuju telur sehingga akan terjadi fertilisasi. Oleh karena itu lumut biasanya
tumbuh di tempat-tempat yang lembab.
Pada umumnya lumut merupakan tumbuhan yang kecil, dan tumbuh menutupi permukaan substrat. Lumut tidak memungkinkan untuk tumbuh tinggi karena tubuhnya yang tipis, dan juga tidak mempunyai jaringan pembuluh sehingga tidak akan mampu untuk mentransportasikan air dan nutrisi untuk jarak yang cukup jauh.
1) Hepatophyta (Lumut Hati)
Divisi lumut ini diberi nama demikian karena bentuk
gametofitnya yang menyerupai bentuk hati (dari Bahasa Latin hepaticus, hati). Contoh dari lumut hati adalah Marchantia polymorpha (Gambar 51).
Gambar 100. Marchantia polymorpha
Pada Marchantia, gametophore muncul dari talus, menjulang ke atas menyerupai miniatur pohon. Gametophore terdiri dari dua jenis, yaitu archegoniophore dan antheridiophore (Gambar 52). Di bagian atas archegoniophore diproduksi sel-sel telur, sedangkan pada antheridiophore diproduksi sel-sel sperma. Jika terjadi pembuahan maka sporofit akan tumbuh menggantung di bagian atas archegoniophore.
2)
Anthocerophyta
Divisi lumut ini mempunyai penampakan seperti lumut hati, namun tidak memiliki struktur gametophore yang berbentuk miniatur pohon seperti pada lumut hati, dan kapsul sporofitnya tumbuh memanjang ke atas tanpa seta, membentuk seperti tanduk. Oleh karena itu divisi lumut ini dinamakan lumut tanduk.
Gambar 101. Lumut Tanduk
3)
Bryophyta (Lumut Daun)
Divisi ini biasa
disebut sebagai lumut sejati, dan jumlah jenisnya paling banyak diantara kedua
divisi lumut yang lain. Seperti kelompok lumut yang lain, lumut daun mudah
ditemukan di permukaan-permukaan substrat yang lembab seperti permukaan tanah,
tembok, batu, atau kulit kayu. Biasanya lumut daun tumbuh sangat rapat
menyelimuti permukaan substrat, dan mempunyai sifat seperti busa sehingga mampu
menyerap dan menyimpan air. Struktur tubuh Bryophyta dapat dilihat pada Gambar
53.
Gambar 102. Diagram Lumut Daun. A. Gametofit; B. Sporofit
(sumber: https://www.studyblue.com)
Contoh lumut daun adalah Mnium hornum yang sering kita temukan di permukaan tanah, batu,
bahkan tembok yang lembab (Gambar 54).
Gambar 103. Lumut daun pada permukaan batu yang lembab
b. Tumbuhan Berpembuluh (Vascular plants)
Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan ada atau tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakannya. Dua
kelompok tersebut yaitu tumbuhan tidak berbiji dan tumbuhan berbiji.
1) Tumbuhan Tidak Berbiji
Kelompok tumbuhan yang sudah mempunyai jaringan pembuluh
namun tidak memiliki biji merupakan kelompok tumbuhan paku-pakuan yang terdiri
dari divisi yaitu Lycophyta dan Pterophyta. Pada golongan tumbuhan ini
fungsi biji digantikan dengan adanya spora.
Siklus hidup dari kelompok tumbuhan ini berbeda dengan
siklus hidup pada lumut. Fase gametofit menjadi fase yang tidak dominan,
ukurannya relatif lebih kecil, dan umurnya lebih pendek. Sedangkan fase sorofit
menjadi fase yang dominan. Tumbuhan paku-pakuan yang biasa kita lihat merupakan
fase sporofitnya.
a) Lycophyta
Pada
umumnya divisi ini tumbuh sebagai tumbuhan epifit, dan yang lainnya tumbuh di lantai hutan. Terdapat sekitar
1.200 jenis yang terbagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu Lycopodiaceae, Selaginellaceae,
dan Isoetaceae. Contoh dari Lycopodiaceae adalah paku kawat (Lycopodium cernuum). Kelompok
Selaginellaceae dan Isoetaceae, masing-masing hanya mempunyai satu genus,
yaitu Selaginella dan Isoetes, Gambar
55.
Gambar 104. Lycopodium sp. (A.); Selaginella sp. (B.); dan Isoetes (C.)
b) Pterophyta
Divisi Pterophyta merupakan kelompok tumbuhan tak berbiji,
sudah mempunyai jaringan pembuluh, dan sudah mempunyai batang, daun (frond), dan akar yang sederhana. Seperti
pada kelompok tumbuhan sebelumnya, Pterophyta menghasilkan spora untuk
memperbanyak diri. Divisi Pterophyta dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu paku
sejati (fern), paku ekor kuda (horsetail), dan whisk fern.
Kelompok paku sejati biasanya
memiliki batang yang tegak, sehingga
mampu
menopang “daun” (frond)
yang berukuran relatif besar dibandingkan dengan
kedua kelompok yang lain. Biasanya daun yang masih muda akan menggulung, disebut dengan istilah ental.
Contoh paku sejati adalah paku tiang, Cyathea
contaminans, Gambar 56.
Gambar 105. Paku Tiang (Cyathea contaminans), dengan entalnya
Paku ekor kuda biasa disebut juga dengan nama anthrophyte yang berarti tumbuhan
berbuku, karena jenis paku ini memiliki “batang” yang berbuku- buku. Spora
diproduksi pada struktur yang disebut dengan strobilus yang tumbuh di ujung
batang. Contohnya adalah Equisetum debile,
Gambar 57, yang biasa dijaikan sebagai tanaman hias dan tumbuh di tanah yang
berair. Karena berbuku-buku seperti
bambu, biasanya pedagang tanaman hias menyebut paku ini dengan nama “bambu air”.
Gambar 106. Paku ekor kuda, Equisetum
sp.
Kelompok terakhir yaitu whisk fern mempunyai sporofit yang tumbuh menggarpu (dikotom), dan tidak mempunyai akar. Sporangia terletak di ujung percabangan berbentuk kenop yang merupakan gabungan dari tiga sporangia. Contohnya adalah Psilotum sp., Gambar 58.
Gambar 107. Psilotum
sp.
2)
Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi dua yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Jika kita perhatikan, pada tumbuhan lumut, fase gametofit merupakan fase yang dominan, tumbuh pada substrat, ukuran lebih besar daripada sporofitnya. Kemudian pada tumbuhan paku fase gametofit menjadi fase yang tidak dominan, berukuran kecil dibandingkan dengan sporofitnya, tumbuh tersendiri pada substrat. Pada kelompok tumbuhan berbiji fase gametofit semakin tereduksi bahkan menjadi mikroskopis, dan tumbuh pada individu sporofit. Sehingga gametofit menjadi lebih terlindungi dari stres lingkungan, dan dijamin nutrisinya oleh sporofit (Gambar 108).
Gambar 108. Perbandingan Gametofit – Sporofit pada lumut, paku,
dan tumbuhan berbiji. (dimodifikasi dari Campbell,
2011)
a) Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)
Kelompok tumbuhan ini disebut berbiji terbuka karena
mempunyai biji yang tidak terlindung dalam ovarium. Biji tersebut terdedah
keluar pada lembaran sporofil yang termodifikasi membentuk strobilus. Gymnospermae terbagi ke dalam empat divisi yaitu Cycadophyta,
Ginkgophyta, Gnetophyta, dan Coniferophyta.
(1)
Cycadophyta
Kelompok ini memiliki strobilus yang besar, dan daun
menyerupai tumbuhan palem. Saat ini terdapat kurang lebih 130 jenis. Salah satu
contoh yang populer dijadikan sebagai tanaman hias adalah Pakis Haji (Gambar
60).
Gambar 109. Pakis Haji (Cycas rhumpii)
(Sumber: https://s10.lite.msu.edu)
(2) Ginkgophyta
Satu-satunya jenis dari Ginkgophyta yang masih bertahan
saat ini adalah Ginkgo biloba (Gambar 61). Daunnya menyerupai kipas dan akan
berubah warna menjadi keemasan pada
musim gugur. Tumbuhan ini berasal dari Cina, dan banyak ditanam di Jepang dan
Korea. Bijinya dapat dijadikan sebagai makanan dan obat yang berkaitan dengan
gangguan peredaran darah dan daya ingat.
Gambar 110. Ginkgo biloba
(3) Gnetophyta
Tumbuhan Gnetophyta terdiri dari tiga genus, yaitu Welsitschia, Gnetum, dan Ephedra. Genus Gnetum terdiri dari
kurang lebih 35 jenis, dan salah satunya yang kita kenal adalah Melinjo (Gnetum gnemon) sebagai bahan pangan
(Gambar 62). Daun dan strobilus yang masih muda biasa dikonsumsi untuk sayur.
Sementara bijinya biasa dijadikan bahan makanan yang kita kenal sebagai emping.
Gambar 111. Melinjo (Gnetum gnemon)
b)
Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup)
Angiospermae berbeda dengan kelompok Gymnospermae karena
biji yang dihasilkan terlindungi oleh buah (ovarium). Karakteristik khas
angiospermae yaitu memiliki bunga dan buah.
Bunga merupakan modifikasi dari daun yang biasanya menjadi
empat struktur yang terspesialiasi, yaitu kelopak, mahkota, stamen, dan karpel.
Karena memiliki struktur bunga, maka
kelompok tumbuhan ini yang hanya terdiri dari satu divisi saja diberi nama Anthophyta (tumbuhan berbunga).
Buah merupakan hasil perkembangan lanjutan dari ovarium dan
atau bagian bunga yang lain setelah
terjadi fertilisasi. Biji selanjutnya berkembang dari ovule yang berada di dalam ovarium. Oleh
karena itu pada angiospermae biji terlindung di dalam buah. Buah dari
berbagai jenis tumbuhan sangat bervariasi dan biasanya strukturnya
termodifikasi untuk proses penyebaran biji tersebut. Misalnya buah dari Mahoni
(Swietenia mahagoni) memiliki
struktur sayap sehingga dapat terbang seperti baling-baling dan tersebar
terbawa angin. Buah dari Pacar Air (Impatiens
balsamina) memiliki buah yang dapat meledak karena faktor tekanan turgor,
sehingga biji di dalamnya dapat
terlempar jauh. Contoh lain adalah biji dari Dandelion (Taraxacum officinale) yang dapat melayang jauh terbawa angin karena
memiliki struktur pappus yang
berbentuk rambut-rambut halus (Gambar 112).
Gambar 112. Variasi
bentuk buah. Mahoni
(a); Pacar Air (b); dan Dandelion (c)
Seiring dengan kemajuan teknologi, kajian klasifikasi
tumbuhan angiospermae terus berkembang, sehingga saat ini cukup banyak
perubahan-perubahan dalam penamaan atau pengelompokan dari suatu takson.
Sebelum tahun 1990, Angiospermae dikelompokan ke dalam dua
kelas yaitu Monokotil dan Dikotil, berdasarkan karakter kotiledonnya, yaitu
yang memiliki satu kotiledon (Monocotyledonae)
dan yang memiliki dua kotiledon (Dicotyledonae),
dan karakter-karakter pembeda lainnya.
Sistem klasifikasi Angiospermae yang saat ini digunakan
adalah APG III (Angiosperm Phylogeny Group), yang membagi lebih dari 250.000 jenis ke dalam empat klad (kelompok).
Kelompok-kelompok tersebut yaitu Basal Angiosperm, Magnoliid, Monocot, dan
Eudicot (APG III, 2009) Kelas Dikotil yang sebelumnya kita kenal ternyata
bersifat polifiletik, yang saat ini dipisahkan menjadi Eudicot (dikotil
sejati), Basal Angiosperm, dan Magnoliid.
(1) Basal Angiosperm
Terdapat kurang lebih 100 jenis tumbuhan yang termasuk ke
dalam Basal Angiosperm, yang terbagi ke dalam tiga bangsa yaitu Amborellales,
Nymphaeales, dan Austrobaileyales.
Gambar 113. Nymphaea caerulea
(Nymphaeales)
Contoh lain yang kita kenal sebagai bumbu masakan adalah Bunga Lawang dari ordo Austrobaileyales, Illicium verum (Gambar 114).
Gambar 114. Bunga Lawang, Illicium verum (Austrobaileyales)
(2) Magnoliid
Kelompok Magnoliid terdiri dari kurang lebih 8.000 jenis,
yang terbagi ke dalam empat ordo, yaitu Piperales, Canellales, Magnoliales, dan
Laurales. Kelompok Magnoliid ini mempunyai sebagian ciri yang dimiliki Basal
Angiosperm seperti susunan bunganya yang membentuk spiral namun lebih banyak
karakter yang lebih mendekati pada kelompok Monocot
dan Eudicot.
Beberapa contoh dari Magnoliid diantaranya adalah Lada, Piper nigrum (Piperales); Cempaka, Magnolia grandiflora (Magnoliales);
Alpukat Persea americana (Laurales)
di Gambar 115;
Gambar 115. Alpukat (Persea americana)
(3) Monocot
Hampir seperempat anggota dari Angiospermae adalah kelompok
Monocot. Pada sistem klasifikasi
sebelumnya takson Monocotyledon merupakan takson yang valid dalam klasifikasi.
Saat ini kelompok Monocot bukan merupakan takson, namun merupakan klad atau
kelompok bagian dari Angiospermae, dengan ciri-ciri yang sama dengan yang kita
ketahui pada kelas Monocotyledon. Anggota Monocot yang merupakan famili yang
cukup besar diantaranya palem- paleman (Arecaceae), rumput-rumputan (Poaceae),
anggrek (Orchidaceae), lili (Liliaceae), dan lain-lain. Karakter Monocot dapat
diamati pada gambar 67.
Gambar 116. Perbedaan
karakter dari Monocot
dan Eudicot
(4) Eudicot
Terdapat kurang lebih 170.000 jenis tumbuhan yang termasuk
ke dalam kelompok ini. Karakter dari Eudicot merupakan
karakter yang sama dengan kelas
Dicotyledon pada sistem klasifikasi sebelumnya. Perbandingan karakter Monocot dan Eudicot dapat diamati pada
Gambar 1.21.
Beberapa contoh keluarga tumbuhan yang sering kita lihat
dari Eudicot diantaranya Combretaceae, Myrtaceae, Lythraceae, Onagraceae
(Myrtales); Brassicaceae, Caricaceae, Moringaceae, Tropaeolaceae (Brassicales); Bixaceae,
Malvaceae, Muntingiaceae (Malvales); Convolvulaceae, Solanaceae
D. Rangkuman
• Pengelompokan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai sistem. Sistem pengelompokkan tersebut yaitu artifisial, natural, dan filogeni.
• Dalam kajian keanekaragaman makhluk hidup, para ilmuwan telah membuat sistem pengelompokan (klasifikasi) makhluk hidup yang biasa kita gunakan. Pengelompokan makhluk hidup tersebut dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu artifisial, natural, dan filogeni. Selain membuat pengelompokan makhluk hidup, untuk mengenal suatu jenis harus melalui proses identifikasi, salahsatunya dengan menggunakan suatu instrumen yaitu kunci identifikasi atau kunci determinasi. Kunci determinasi merupakan serangkaian pertanyaan yang dapat menggiring kita sehingga dapat mengetahui nama dari jenis organisme yang ingin kita ketahui identitasnya. Model yang paling umum digunakan adalah model kunci determinasi dikotom.
• Kunci dikotomi disusun dengan menggunakan sepasang pernyataan yang berkebalikan mengenai sifat ciri (character state) makhluk hidup, dimana setiap pernyataan akan dilanjutkan pada pernyataan lain yang lebih spesifik, hingga akhirnya akan diketahui identitas makhluk hidup tersebut.
• Salah satu karakter pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah jaringan pembuluhnya. Tumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tumbuhan yang tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang berpembuluh (vascular plant).
• Tumbuhan tak berpembuluh yang merupakan tumbuhan lumut terdiri dari tiga divisi, yaitu Hepatophyta (lumut hati), Bryophyta (lumut daun), dan Anthocerophyta (lumut tanduk). Semua jenis lumut memiliki fase gametofit yang dominan dan berumur lebih panjang dibandingkan fase sporofit dalam siklus hidupnya.
•
Pada umumnya lumut merupakan
tumbuhan yang kecil, dan tumbuh menutupi permukaan substrat. Lumut tidak memungkinkan untuk tumbuh tinggi
karena tubuhnya yang tipis, dan juga tidak mempunyai jaringan pembuluh sehingga
tidak akan mampu
untuk mentransportasikan air dan
nutrisi untuk jarak yang cukup jauh.
• Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ada atau tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakannya. Dua kelompok tersebut yaitu tumbuhan tidak berbiji dan tumbuhan berbiji.
• Kelompok tumbuhan yang sudah mempunyai jaringan pembuluh namun tidak memiliki biji merupakan kelompok tumbuhan paku-pakuan yang terdiri dari divisi yaitu Lycophyta dan Pterophyta. Pada golongan tumbuhan ini fungsi biji digantikan dengan adanya spora.
• Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi dua yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
• Kelompok tumbuhan berbiji terbuka mempunyai biji yang terdedah keluar (tidak terlindung dalam ovarium) pada lembaran sporofil yang termodifikasi membentuk strobilus. Gymnospermae terbagi ke dalam empat divisi yaitu Cycadophyta, Ginkgophyta, Gnetophyta, dan Coniferophyta.
• Angiospermae mempunyai biji yang terlindungi oleh buah (ovarium). Buah merupakan perkembangan dari bunga setelah terjadi fertilisasi. Bunga merupakan modifikasi dari daun yang biasanya menjadi empat struktur yang terspesialiasi, yaitu kelopak, mahkota, stamen, dan karpel. Karena memiliki struktur bunga, maka kelompok tumbuhan ini yang hanya terdiri dari satu divisi saja diberi nama Anthophyta (tumbuhan berbunga).
DISKUSI
PROYEK 1
Posting Komentar untuk " KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP"